Glomerulonefritis
Akut (GNA)
Glomerulonefritis
akut adalah suatu peradangan pada glomerulus yang menyebabkan hematuria (darah
dalam air kemih), dengan gumpalan sel darah merah dan proteinuria (protein
dalam air kemih). Glomerulonefritis akut seringkali terjadi akibat
respon imun terhadap toksin bakteri tertentu (kelompok streptokokus beta A).
Faktor Etiologi
Glomerulonefritis
akut dapat timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus. Kasus seperti ini
disebut glomerulonefritis pasca streptokokus. Glomerulus mengalami kerusakan
akibat penimbunan antigen dari gumpalan bakteri streptokakus yang mati dan
antibodi yang menetralisirnya. Gumpalan ini membungkus selaput glomerulus dan
mempengaruhi fungsinya. Glomerulonefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu
(rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Glomerulonefritis pasca streptokokus
paling sering terjadi pada anak-anak diatas 3 tahun dan dewasa muda.
Sistem Imun
Tugas sistem imun
adalah mencari dan merusak invader yang membahayakan tubuh manusia.
Sel imun terdapat dalam darah, khususnya di leukosit.
Bila sistem imun mengalami gangguan, akan menyerang dan
menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Gangguan ini disebut gangguan atau penyakit autoimun.
Gangguan autoimun adalah suatu kondisi
yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang dan
menghancurkan jaringan sehat. Pasien
dengan gangguan autoimun, sistem kekebalannya tidak bisa membedakan antara
jaringan tubuh yang sehat dan antigen.Hasilnya adalah resposn imun yang merusak
jaringan tubuh normal.Ini adalah reaksi hipersensitivitas mirip dengan respon
di alergi.
Pada kelainan glomerulus berupa glomerulonefritis akut
menunjukkan proses imunologis memegang peran penting dalam mekanisme penyakit
tersebut. Respon imun yang berlebihan dari sistem imun penjamu pada stimulus
antigen dengan produksi antibodi yang berlebihan menyebabkan terbentuknya
kompleks Ag-Ab yang nantinya melintas pada membran basal glomerulus. Disini
terjadi aktivasi sistem
komplemen yang melepas substansi yang akan menarik neutrofil. Enzim lisosom
yang dilepas neutrofil merupakan
faktor responsif untuk merusak glomerulus. Selain dari pada itu neuraminidase
yang dihasilkan oleh streptokokus akan mengubah IgG endogen menjadi
autoantigen. Terbentuknya auto antibodi terhadap IgG yang berubah tersebut.,
mengakibatkan pembentukan kompleks
imun yang bersirkulasi, kemudian mengendap dalam ginjal.
Manifestasi Klinis
Sekitar
50% penderita tidak menunjukkan gejala. Jika ada gejala, yang pertama kali
muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema), berkurangnya volume air kemih
dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah. Pada awalnya edema timbul
sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih
dominan di tungkai. Dapat pula timbul gejala gastrointestinal seperti muntah,
tidak nafsu makan, konstipasi atau diare.
Rencana Perawatan
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi
penyembuhan kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu.
Dulu dianjurkan istirahat mutlak selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal
untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi
penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat
buruk terhadap perjalanan penyakitnya.
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotika ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis,
melainkan mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus
yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari,
sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap
kuman penyebab tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara
teoritis seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain,
tetapi kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat
dikombinasi dengan amoksilin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10 hari. Jika
alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari
dibagi 3 dosis.
c. Makanan. Pada fase akut diberikan
makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan
lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu
telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan
larutan glukosa 10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan
disesuaikan dengan kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal
jantung, edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang diberikan
harus dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi.
Pemberian cairan dikurangi, pemberian sejatinva
untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi
dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan
reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10
jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat,
0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena
memberi efek toksis.
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7
hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara
misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan
ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat
dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan
dan adakalanya menolong juga.
http://urinariaphyllanthus.blogspot.com/2015/04/urinaria.html
biomat bab 2 : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04/makalah-biomat-bab-2.html
lanjutan biomat bab 2 : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04((/lanjutan-bab-ii-2.html
biomat bab 4 gooo : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04/bab-iv-pembahasan-biomat.html
biomat bab 2 : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04/makalah-biomat-bab-2.html
lanjutan biomat bab 2 : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04((/lanjutan-bab-ii-2.html
biomat bab 4 gooo : http://makalahbiomat.blogspot.com/2015/04/bab-iv-pembahasan-biomat.html
No comments:
Post a Comment